Wawancara Beasiswa YTB dan Bagaimana Aku Mempersiapkannya

Memasuki tahun keempat tinggal di Turki, ingatanku soal wawancara beasiswa YTB sepertinya sudah tidak terlalu baik. Tapi melihat betapa penikmat tulisan soal beasiswa YTB begitu membludak setiap tahunnya, dan demi ((engagement)), sepertinya aku ingin mencoba untuk menuliskannya. Perlu diketahui, aku merupakan awardee Beasiswa YTB S1 2017. Jadi maaf jika ada perbedaan pengalaman yang cukup signifikan dengan penerima beasiswa di tahun-tahun selanjutnya, seperti di tahunku tidak ada tes matematika dasar (seperti di tahun 2019). Mungkin tulisan ini juga belum bisa menjawab pertanyaan kakak-kakak S2 dan S3.

Aku mulai belajar ngobrol Bahasa Inggris di awal tahun 2017, meskipun pendaftarannya sendiri saat itu baru dibuka di awal Maret. Benar sungguh-sungguh belajar. Alasan mengapa aku latihan sedini itu adalah karena aku lumayan mudah gugup, dan aku tidak mau--apapun nanti hasil akhirnya--aku terbata bicara Bahasa Inggris. Selain itu, memang karena aku termasuk orang yang senang belajar bahasa, jadi belajar Bahasa Inggris setiap hari bukan perkara memberatkan.

Belajar Bahasa Inggris ini benar-benar aku terapkan di kehidupan sehari-sehari. Di sekolah, di rumah, depan cermin, dalam keadaan apapun. Dengan orangtua, dengan teman sebangku, dengan diri sendiri, dengan siapapun. Aku juga membawa buku catatan ketika aku merasa perlu menambah kosa-kata atau menemukan kata yang tidak aku tahu.

Apakah wawancara YTB harus memakai Bahasa Inggris? Hmm ... sepengamatanku di tahun 2017 dan tahun-tahun setelahnya, memang diperbolehkan wawancara Bahasa Indonesia (dibantu penerjemah). YTB sendiri menuliskannya secara resmi di badan surat. Tapi belum ada kisah (atau mungkin aku tidak tahu?) yang lulus beasiswa YTB dengan wawancara Bahasa Indonesia. Untuk mahasiswa ilahiyat/teologi Islam, aku melihat sepertinya tidak apa-apa juga jago Bahasa Arab. 

Potongan surat undangan. Maaf resolusinya pas-pasan.

Wawancara YTB-ku di tahun 2017 jatuh di 9 Mei, sebulan lebih setelah penutupan berkas. Aku punya waktu sekitar 4 hari untuk persiapan dari pengumuman di hari Kamis malam, sampai wawancara di hari Selasa. Lalu apa yang bisa aku persiapkan dalam waktu 4 hari?

1. Memperkirakan pertanyaan yang mungkin akan ditanyakan
Aku membuat list pertanyaan sampai 30 pertanyaan. Tentang LoI, Turki, dan jurusan yang aku pilih. Meski nyatanya, pertanyaan ini tidak terpakai. Mungkin yang keluar cuma 3 pertanyaan dari semua yang aku catat, but ok :)

2. Latihan wawancara serius
Hari Sabtu, aku sengaja ke sekolah karena janjian dengan dua alumni sekolahku untuk wawancara Bahasa Inggris. Niat awalnya memang serius wawancara sih, dari ketuk pintu, masuk, duduk, dan seterusnya. Tapi kami jadi debat politik :') Tapi intinya adalah, ngobrol Bahasa Inggris dalam keadaan tertekan. Jangan biarkan wanwancaramu diisi keheningan. Kamu harus bisa mengendalikan diri dan keadaan,

3. Persiapan berkas
Mempersiapkan berkas sebaik yang kamu bisa, dalam satu map. Sertakan bukti lulus (SKL) resmi dari sekolah juga jika belum punya diploma. Jika belum ada? Ya gak apa-apa.

4. Cari ide agar wawancara kamu berkesan
Bawa project kamu! Presentasikan project kamu atau mungkin future plan (di tahun 2019 future plan sudah tidak diperkenankan katanya) dengan baik dan berbeda. Kalau aku, aku bawa semua buku karyaku dan presentasi future plan dengan buku pop-up (ngegambarnya dibantu adik).

5. Cari pakaian yang membantumu percaya diri
Ini serius, kamu harus nemu pakaian yang bikin kamu nyaman. Kalau gak percaya diri dengan warna terang, menurutku tidak masalah dengan pakaian warna gelap. Asal tidak membuatmu terlihat suram.

Lalu bagaimana proses waawancara berlangsung?

Di jadwal, aku diundang pukul 11.30. Sekitar pukul setengah 10 aku sudah sampai lokasi. Sudah ada banyak orang yang mengantri wawancara. Tapi realitanya, wawancara ngaret! Karena setiap orang punya waktu wawancara tidak tentu, ada yang sebentar, ada yang lama, tergantung interviewer ini maunya apa. Dan akhirnya aku diizinkan masuk sekita pukul 1 siang, setelah dua kali break istirahat. Deg-degannya wah banget sih, gak bisa diceritakan. Kalau dibayangin hari ini, rasanya pengen nyoba deg-degan kayak gitu lagi suatu hari. Ayo beasiswa magister!

Akhirnya, aku mengetuk pintu, masuk, dan menyapa Assalamu'alaikumMerhaba. Pewawancara di dalam ruangan ada 3 orang, salah satunya adalah seorang psikolog. Tebakanku, mungkin yang kiri ini yang psikolog.

Aku minta izin untuk duduk, lalu mereka dengan ramah mempersilakan aku duduk.

Suasana benar-benar diciptakan mereka nyaman, tidak menegangkan sama sekali, jauh dari yang aku takutkan. Aku diminta untuk memberikan berkasku yang memang sudah kukumpulkan di satu map, dan mereka mulai membaca.

"Baik, perkenalkan dirimu."

Perkenalan diri ini adalah teks yang aku hapal mati-matian. Aku bercerita soal namaku, sedikit latar belakang keluarga, pendidikan, bilang kalau aku baru lulus SMA, dan besok Rabu adalah hari resmi wisudaku. Aku bercerita soal hobiku menulis dan aku menulis beberapa buku. Setelah mendengar aku menulis, mereka terlihat cukup interest dan aku mulai mengeluarkan buku yang aku bawa.

Maka sepanjang wawancara berlangsung, aku benar-benar diajak ngobrol soal buku. Tidak aku persiapkan sama sekali. Buku ini tentang apa, sudah berapa banyak orang yang baca buku kamu, buku kamu laku berapa, kamu terkenal dong, dan pertanyaan-pertanyaan lainnya.

Setelah obrolan soal buku selesa, aku izin mengeluarkan buku future plan-ku dan mereka kembali interest dengan buku pop-up buatan tangan yang aku bawa. Presentasi pop-up ini juga adalah hafalan teks yang aku buat berdasarkan LoI dan mereka hanya diam melihat aku presentasi. Di akhir cerita, aku mengucapkan terima kasih dan salah seorang dari mereka memujiku. Lagi-lagi aku merasa perlu berucap terima kasih.

Wawancara berlanjut. Sempat ada keheningan ketika mereka membaca-baca berkasku.

"Kamu suka matematika?" tanya salah seorang dari mereka.

"Tidak, nilai matematiku buruk," aku menjawab jujur. Di tangan mereka ada nilai raporku dan yang rata-rata paling kecil adalah matematika, yang begitu seharusnya tidak perlu ditanyakan kan?

"But you looks mathematics."

Aku tertawa salah tingkah. Menyebalkan. Bahkan orang yang pertama kali melihatku saja tahu betapa aku sangat perhitungan dan serius dalam bicara.

Tidak ada pertanyaan soal LoI, tidak ada pertanyaan jebakan soal nama-nama Turki yang sempat aku takutkan. Wawancara berlangsung pure hanya tentang aku dan aku cukup puas dengan hasil wawancara.

Akhirnya wawancara ditutup dengan pertanyaan, "Pilihan pertama kamu apa? Radio-TV dan Film atau Jurnalistik?"

"Radio-TV dan Film, Pak."

"Oke, wawancaranya sudah selesai. Kamu boleh keluar."

Dan begitulah mengapa aku lolos Radio-TV dan Film di Erciyes Universitesi, Kayseri. Meskipun pilihan 5.

***

Jujur, dengan wawancara seputar buku seperti itu, aku yakin hampir sepenuhnya, kalaupun lolos, aku akan lolos di jurusan jurnalistik. Aneh saja jika orang dengan background buku seperti aku diterima di jurusan broadcast. Aku cuma punya satu sertifikat film dari lomba yang hampir juara di antara belasan sertifikat, project, dan penghargaan soal menulis. Tapi serius, proses wawancara YTB, bagaimana mereka menilai, dan hasilnya adalah misteri yang hanya Tuhan dan YTB yang tahu.

Jadi menurutku tidak ada tips khusus lolos wawancara YTB. Yang penting berdoa dan percaya diri aja :)

Komentar

  1. halo ka, terima kasih sebelumnya tulisannya sangat membantu sekali.
    maaf ka sebelumnya, saya mau lihat contoh buku pop-up nya boleh ga ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haii, terima kasih kunjungannya. Sebelumnya maaf juga karena bukunya aku tinggal di Indonesia. Tapi intinya aku cuma membuat gambar lucu (ilustrasi warna-warni) soal masa depan (buat buku, buat website, buat film) dalam bentuk pop-up. Banyak kok bentuk dan jenis pop-up di internet. Buat begitu salah satunya karena memang aku daftar DKV juga. Semoga membantu:)

      Hapus
  2. hallo kak...terima kasih banyak kak tulisannya sangat membantu sekali...
    maaf kak sebelumnya , bolehkah saya bertanya lebih lanjut lagi? terutama tentang interview YTB ini...

    BalasHapus
  3. Halo kak... Buat interviewnya itu online apa offline ke turki yah? Makasih kaa..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Turkiye Burslari : Tips LOI #Pengalaman

7 Alasan Kenapa Kalian Harus Masuk SMAN 2 Cimahi

Turkiye Burslari 2017 (Bag. 1) : Lolos Tahap Pemberkasan, Alhamdulillah :)

Lolos Tahap Satu Turkiye Burslari 2017, Berkas Apa Saja yang Perlu Disiapkan?