[Cerita Pendek] Hocus Pocus
Mata gadis itu mengerjap, menatap
jendela kamar 4 meter persegi di yang langsung berhadapan dengan taman
belakang. Ada kolam ikan dan rumah pohon di sana. Sudah gelap memang, matahari
sudah tenggelam di ufuk hampir tiga jam lalu. Tapi menyenangkan sekali bisa
melihat taman dari kamar 3x4 meter itu, cahaya lampion-lampion buatan Kak Neda
di sekitar rumah pohon membuat remang suasana.
Ekor mata
pandangannya tiba-tiba menangkap meja di samping jendela, ada laci kecil d samping
kanan bagian bawah. Jika laci itu ditarik, maka akan nampak sebuah buku harian
berukuran A5, bersampul merah muda bergambar boneka beruang. Entah disengaja
atau hanya sebuah spontanitas, gadis itu tersenyum manis sekali. Tangannya refleks
menyelipkan rambut yang menghalangi pandangan di kuping kanannya, mulai membuka
buku di tangannya.
Halaman pertama
menampilkan gambar tangan seorang anak perempuandengan boneka beruang berdiri
bersampingan, keduanya bertopi topper
dan membawa tongkat sihir. Di sisi lain gadis kecil itu berdiri dua sosok
laki-laki tinggi, salah satunya berkacamata. Ditulis besar-besar di bawahnya: Diari Gulza.
Rabu, 7 April 2009
Hai Gogo, sepertinya aku ini sekeluarga dengan Harry
Potter. Aku sangat suka Harry Potter sejak Kak Kuga ngajak aku nonton di
laptopnya. Aku berdoa semoga aku bisa menjadi Harry atau Harmione, sepertinya
menyenangkan.
Tapi hari ini, Kak Kuga dan Kak Ruga menunjukkan kalau
kita dari keluarga penyihir! Mereka memakai topi hitam milik almarhum ayah dan membawa
tongkat hitam.
Kak Ruga mendudukan aku di kursi taman belakang rumah.
Dia bilang kalau di dunia penyihir, namanya Hocus, sedangkan Kak
Kuga bernama Pocus. Mereka
menyuruhku untuk memilih salah satu kartu yang aku suka. Jadi aku memilih as
bergambar hati. Kak Kuga aku izinkan untuk melihat, jadi Kak Ruga yang menebak
pilihanku. Dia menutup mata dan agak jauh dari aku dan Kak Kuga.
Kartu as hati itu Kak Kuga sobek-sobek lalu ia genggam
di tangannya. Lalu ia memanggil Kak Ruga. Aku menantang Kak Ruga
untuk menebak. Kak Ruga diam sebentar, lalu bilang, “Kartu as hati kan?”
Waktu aku tanya kenapa bisa tau, Kak Kuga malah bilang aku ini penuh cinta dan menyuruhku memegang tangannya,
sambil berkata “Hocus Pocus!” Waktu
ia membuka genggaman tangannya, kartu lecek as hati di sana, tapi tidak sobek
seperti tadi. Mereka benar-benar penyihir!
“Kalau aku hati, Kak Hocus dan Pocus kartu apa? Ayah dan ibu?”
Kak Kuga bilang,
“Ayah
ibu juga hati. Almarhum ayah King, kalau ibu Queen. Kalau kita berdua Jack
semanggi, pangeran kebahagiaan.
Kebahagiaan untuk Tuan Putri Gulza.” Aku suka Kak Kuga, Kak Kuga mirip Harry Potter karena
pakai kacamata. Aku jadi ingin belajar sihir, tapi mereka bilang, aku masih 8
tahun, aku harus tumbuh besar biar bisa belajar.
24 April 2009
Hai Gogo! Kemarin aku sedih waktu diejek
teman-temanku, mereka kayaknya ga mau main lagi sama aku. Malamnya, ibu
masuk rumah sakit, tidak tahu gara-gara apa. Aku belum boleh nengok kata
mereka. Aku sedih sekali. Tapi
Kak Kuga dan Kak Ruga bisa membuat aku seneng banget hari ini. Kak Ruga bilang, kalau
seorang putri juga bisa sihir.
Kak Kuga datang membawa kardus, Dia memintaku
untuk menyimpan suatu gambar yang ada di kamarku tentang benda yang paling aku
inginkan. Kamarku penuh
dengan gambar teddy bear warna pink. Kak Kuga selalu
mengajarkan aku menggambar. Aku ingin sekali punya boneka
seperti itu. Jadi aku ambil satu.
“Ini Kardus Harapan. Kardus ini bias mengabulkan,” kata Kak Ruga.
Waktu aku meletakkan kertas itu di dalam kardus, Kak
Ruga menutupnya dengan kain warna merah. Lalu kata mereka, aku harus yakin,
lalu teriak Hocus Pocus!
Dan tiba-tiba saja, saat kain dibuka, di dalam kardus ada boneka beruang pink lucu sekali,
mirip sama kamu, Gogo. Aku bisa sihir juga!
![]() |
Src : unsplash.com |
10 Mei 2009
Hore Gogo! Ibu pulaang! Aku seneng banget ibu pulang,
tapi ibu harus banyak istirahat. Padahal aku kangen bisa rawat tanaman bareng
ibu lagi. Untung Kak Kuga sama Kak Ruga mau ngerawat bunga-bunga di taman.
Oh iya, Go, aku ingin cerita waktu aku matahin kacamata
Kak Kuga. Waktu itu, aku ingin ngambil permen di atas laci yang agak tinggi,
aku ga tau disitu ada kacamata Kak Kuga. Waktu kaleng permennya bisa aku ambil,
kacamata Kak Kuga kesenggol dan patah gagangnya.
Kak Kuga kaget waktu aku bilang kacamatanya pecah,
sepertinya dia marah sama aku, Gogo. Aku takut banget, aku ingin nangis, Kak
Kuga ga pernah marah sebelumnya. Tapi waktu aku bilang, “Kak Kuga ganteng kok
ga pake kacamata juga, jadi mirip Kak Ruga.” Kak Kuga malah jadi senyum, terus
meluk aku.
Besoknya Kak Kuga pakai kacamata itu lagi! Waktu aku
tanya, “Itu beli baru ya?” dia malah ketawa, “Ini kacamata yang kemarin Putri
pecahin. Tapi Kak Hocus dan Pocus sihir lagi jadi bener.”
Aku seneng dengernya. Tapi aku merasa bersalah. Jadi aku
buatin tempat pensil warna pink gambar teddy bear, aku buat pakai kain wol. Waktu aku kasihin, Kak Kuga seneng banget.
Aku suruh dia pakai itu ke sekolah, dan dia juga pakai tiap hari. Aku senang. Apa
Kak Kuga juga suka boneka teddy bear pink kayak aku ya?
19 Juni 2009
Hari ini ibu meninggal.
Kejadiannya sangat cepat sekali. Kemarin, aku, ibu, Kak
Ruga, Kak Kuga, sedang merawat bunga di taman belakang. Sebenarnya aku ingin
ikut membantu, Kak Kuga bilang jangan. Tapi Kak Ruga mengizinkan aku menanam
pohon jeruk, aku senang sekali. Kak Ruga memang kakak yang baik! Tapi tiba-tiba
ibu pingsan, dan masuk rumah sakit lagi.
Aku ga tau ibu sakit apa. Kak Ruga dan Kak Kuga belum mau
memberitahukan aku. Tadi pagi ibu meninggal, dan dimakamkan tadi sore. Aku
sedih banget, Gogo. Sekarang aku yatim-piatu.
Di pemakaman, Kak Ruga nunjukin sihir kartu remi. Dia
menunjukkan kartu queen hati lalu ditutup kain. Waktu dia bilang,
“Hocus Pocus” dan waktu dibuka kainnya, kartu nya berubah menjadi queen sekop. Kata Kak Kuga, sekop itu
melambangkan kematian. Tapi kartu queen
hatinya pindah ke saku baju aku.
Kak Ruga bilang, “Baginda ratu memang sudah tidak ada,
Tuan Putri. Tapi beliau tetap ada di hati kita bertiga. Aku dan Kuga bakal
selalu ada jagain Tuan Putri sebagai Hocus dan Pocus. Sekarang, Tuan Putri akan
menjadi ratu pengganti ibu. Janji ya?” Aku berjanji pada mereka, Gogo.
25 Juni 2009
Hai Gogo, hari ini ulang tahun Kak Kuga dan Kak Ruga. Aku lupa aku
harus buat hadiah spesial.
Mereka berdua bertengkar malam ini, mereka ribut tentang aku. Aku
tidak tahu apa maksud mereka, tapi mereka berteriak-teriak tentang aku. Aku
tidak bisa diasuh mereka lagi. Harus ada yang menjagaku, itu kata Kak Ruga.
Tapi Kak Kuga bilang Kak Ruga jahat, jangan mau buat orang repot.
Aku nangis di kamar, tapi aku gak bisa keluar kamar buat
berhentiin mereka. Tapi kayaknya mereka sadar kalau aku nangis, solanya mereka
masuk ke kamar dan bertanya, “Putri Gulza belum tidur? Kenapa menangis?”
Aku bilang, “Kalian jangan bertengkar. Gulza takut kalau
kalau kalian teriak-teriak.”
Kak Ruga meluk aku, “Kita tadi hanya latihan buat pentas
drama di sekolah, Tuan Putri.” Tapi aku tahu, mereka bohong sama aku.
Selepas mereka keluar, aku mengambil Kardus Harapan milik Kak Kuga dan Kak
Ruga, untung tidak jauh dari kasurku,
lalu
aku mengambil kertas yang bergambar aku, kakak-kakakku, dan ibu.
“HOCUS POCUS!”
Tapi, ibu tidak juga keluar dari kardus, Gogo. Mungkin
kekuatan sihirku sudah hilang.
Sekali lagi, gadis
itu menyelipkan rambutnya ke belakang telinga, sebelum mengadah, menahan air mata yang memaksa jatuh keluar. Banyak sekali hal yang bergemuruh di hatinya, dan dia
tidak tahu, apakah ia harus tertawa atau menangis.
Tangannya bergerak meraih pena di atas meja,
melewati beberapa lembar, mulai menulis sesuatu.
Jumat, 24
Juni 2016
Hai Gogo! Namaku Gulza. Dan aku adalah kartu as hati,
gadis kursi roda.
Aku memakai kursi roda sejak aku berumur 5 tahun. Itu
hari terburuk sepnajang ingatanku. Ayah dan aku sedang dalam perjalanan menuju
sekolah, dan tabrakan keras terjadi. Ayah meninggal, dan aku harus lumpuh.
Sejak ibu meninggal karena gagal ginjal, aku tinggal di
rumah Tante Mey, adik ibu di Bandung. Tante Mey dan Paman Agus bersedia
merawatku, mereka punya anak laki-laki lebih tua dariku dua tahun, aku
memanggilnya Kak Neda. Mungkin itu yang terbaik untukku, karena kedua kakakku
juga sibuk sekolah.
Aku tidak tahu masa kecilku sesuram apa karena telah
dibodohi oleh kedua pangeran semanggi itu. Jujur saja, waktu kecil aku percaya
sepenuhnya kepada mereka. Tapi aku senang memiliki kakak seperti mereka.
Aku juga ingat, mereka pernah melakukan sulap kue. Mereka
memintaku untuk menggambar salah satu kue di buku resep, lalu memasukannya ke
dalam kardus. Pada pagi harinya, mereka telah selesai membuat kue, dan aku
terkagum-kagum, percaya bahwa mereka bisa sihir. Ha ha ha, lucu ya?
Mereka berjuang keras demi aku. Mereka belajar memasak
kue karena aku sangat suka kue, mereka menabung membelikan aku boneka beruang,
mereka mau merawat taman bunga untukku, Kak Kuga mau menerima tempat pensil
dariku, mereka harus banyak sekali berpura-pura untukku, agar aku bisa tetap
senang. Agar aku tidak merasa berbeda dengan kawan-kawan sebayaku.
Mereka juga ‘memaksaku’ untuk belajar menggambar,
terutama Kak Kuga. Kak Kuga sangat suka menggambar, sejak SMA, dia part-time illustrator dan
sekarang seorang desainer grafis. Kak Ruga adalah dalang dibalik semua sulap
Hocus Pocus. Sekarang Kak Ruga jadi seorang psikolog. Mereka berdua punya toko
kue “Hocus Pocus” di rumah, di Jakarta.
Besok mereka berdua ulang tahun, Gogo. Aku sudah lama
tidak bertemu mereka, hampir 3 tahun lamanya. Tapi besok, aku akan memberikan
mereka sesuatu yang luar biasa, tentang keajaiban.
Namaku Gulza. Hingga kini, aku masih percaya keajaiban.
Untuk
kesekian kalinya, gadis itu tersenyum. Kini Gulza menatap kembali kaca jendela
di kamarnya, melihat siluetnya sendiri. “Hai
Putri Gulza, besok kita akan bertemu Hocus dan Pocus. Ulang tahun ke-24 mereka. Kita beri hadiah mereka keajaiban, tentang Putri Gulza
yang bisa berdiri di atas kedua kakinya sendiri. Mereka harus bilang Hocus
Pocus sebelum Putri Gulza melakukannya.”
Gadis
itu tersenyum, membayangkan pelukan hangat yang akan ia temui
besok dari kedua kakaknya. Kepalanya
melanglang, kembali mengingat perjuangannya selama 2 tahun terakhir untuk bisa
berjalan lagi. Kak Neda membantu banyak memapahnya, yang menyamangatinya
tentang keajaiban. Ia juga harus berterima kasih kepada tante dan pamannya yang
juga mau membiayai perawatannya. Meski ia pun tahu,
sebenarnya mereka berdua, Kak Ruga dan Kak Kuga, jelas adalah keajaiban Tuhan yang paling luar
biasa.
2016
(Ini naskah yang terlupakan, karena bersamanya aku gagal ikut sebuah kompetisi ke Jakarta. Tapi waktu ga sengaja baca ulang, aku suka.)
Komentar
Posting Komentar