Hobi Tapi Mahal : Belajar Main Ski di Gunung Erciyes

Ini bakal jadi thread yang sedikit panjang. Sebenarnya aku hanya ingin meliput soal travelling dan ski, tapi kemudian aku ingin mengabadikan momen juga. Jadi kalau kalian ingin baca soal info permainan ski atau kayak di Erciyes Kayseri ini secara umum, baca setengah juga cukup kok, InşaAllah. Terimakasih sudah mau membaca ...

--

Bismillah.

Memasuki musim dingin kedua di Turki, pikiranku sempat mengawang panjang soal libur musim dingin. Liburan di fakultasku, fakultas komunikasi, akan berlangsung sekitar sebulan dan harus aku manfaatkan dengan sangat baik. Aku belum punya rencana ke luar kota, yang ada di kepalaku saat menjelang libur kemarin cuma belajar kayak (ski es) di Gunung Erciyes. Tahun lalu aku dua kali ke Erciyes tapi jalan-jalan doang, ga ngapa-ngapain.

Erciyes merupakan salah satu gunung tertinggi di Turki yang kemudian dipakai menjadi nama universitas tempat aku sekolah sekarang. İlçe (aku ga tau bagaimana menjelaskannya dalam Bahasa Indonesia, mungkin distrik atau kecamatan?) tempatku tinggal berada di kaki Gunung Erciyes--yang puncaknya hampir selalu bersalju sepanjang tahun. Itulah alasan mengapa Kayseri lebih sejuk dan terlalu dingin dibanding kota-kota lainnya, terutama di musim dingin seperti ini. Trek Erciyes sendiri memang terkenal dan beberapa kali dipakai untuk pertandingan ski atau snowboard di level Eropa. Hanya di gunung ini aku bisa melihat Kayseri berisi bule yang bicara Bahasa Inggris.

Lepas dari cuaca dinginnya yang menyentuh -17°C, aku bersyukur bisa tinggal di Kayseri. Setidaknya aku tidak perlu jauh pergi ke kota lain untuk bisa belajar permainan di atas es. Memang begitu sih, sampai ada istilah "belum jadi anak Kayseri kalau main ski aja ga bisa." Terkesan songong memang, namun begitulah beban sosial makhluk pegunungan kalau gaulnya masih sama orang Indo.

Di musim dingin seperti ini, akses menuju Erciyes lebih mudah. Dari pusat kota, kita bisa memilih untuk naik bis belediye (pemerintah) biasa di akhir pekan. Harganya normal sekali tap kartu transportasi. Kalau di hari biasa, kita bisa pakai servis menuju Develi dengan biaya 7.5 TL sekali naik. Perjalanannya ga terlalu jauh, mungkin sekitar 30-45 menit untuk bisa sampai ke atas.

Pada Rabu 23 Januari kemarin, setelah sekian macam drama "jadi kita berangkat kapan sama siapa" berhari-hari, akhirnya aku dan beberapa anak Indo-Kayseri bisa jalan bareng untuk main ski. Dari Seyyid Burhaneddin, kami berangkat berenam naik servis ke arah Develi. Setelah itu kami turun di Erciyes Kayak Merkezi.

Waktu berangkat kami memang hanya berenam, tapi ketika sudah sampai atas, kami bertemu banyak orang Indo dan satu anak Thailand Patani. Intinya hari itu kami ramai sekali. Padahal yang niat mau belajar hanya aku, Naila, dan Adzkia. Lalu menjelang siang, datang Syahida dan temanya dari kota lain, Fira. Kalau aku tidak salah hitung, kami serombongan anak melayu sekitar 17 orang. Jadi kami berlima belajar, sisanya yang udah bisa main ski/snowboard jadi tim hore-hore; ada yang ngajar dan jadi guru dadakan, ada yang cuma mengawasi, ada yang bikin video, ada juga yang hanya ketawa-ketawa bahagia.

Kalau mau belajar, kami disarankan datang di hari biasa, kalau akhir pekan Erciyes bakal penuh banget. Hari Minggu sebelumnya juga aku sempat ke Erciyes dari acara Winter Camp PPI Turki (waktu itu PPI Kayseri jadi tuan rumah sekaligus panitia), dan penuhnya membuatku hanya berdiam di dalam kafe sambil ngobrol sampai sore.

Tapi sayangnya, hari Rabu kemarin cuacanya lagi kurang mendukung, berangin kencang. Waktu kami lihat trek ski pun agak berkabut. Padahal cukup cerah dan ga dingin. Selanjutnya, kami memutuskan sewa papan ski. Harga sewanya ini sih yang agak beban untuk mahasiswi biasa sepertiku, 50 TL untuk kayak dan 15 TL untuk helm, sedangkan tongkat ski bisa didapat secara gratis. Kalau mau main snowboard harga sewanya juga sama. Untuk harga teleferik (kereta gantung atau gondola atau ski train), harganya lumayan mahal. Aku gatau berapa harga pasnya, tapi semakin banyak semakin murah. Karena kami banyakkan dan kami yakin pasti habis, kami beli yang isi 50, harganya 150 TL. Setauku ada yang 30, harganya 130 TL, ada juga pilihan yang lebih sedikit namun lebih mahal.

Aku pakai rok. Bye.

Ohiya aku ingin cerita sedikit, jadi awalnya aku ingin belajar snowboard. Alasannya klasik; kelihatan lebih keren wahaha. Aku bilang langsung lah keinginan aku untuk bisa mastering snowboard ke kating yang udah lama main di permainan es semacam ini, Bang Hanif. Tapi Bang Hanif menyarankan untuk belajar ski lebih dulu. Selain memang ngajarin ski lebih mudah (Abangnya memang punya papan ski dan bakal main ski, jadi ga lucu kalau satu menghadap samping sedangkan satunya menghadap depan), ada hal-hal di snowboard yang susah dijelaskan secara teori. Intinya Bang Hanif bilang, kalau main snowboard kita harus punya dasar permainan keseimbangan yang baik. Jadi aku nurut aja belajar main ski dulu.

Sebelumnya, aku udah pernah main ice skating (yang ngajar Bang Hanif juga). Tiga kali main dalam rentang satu tahun, yang ketiga aku udah bisa meluncur meski jatuh 10 kali. Jadi acuan dan ekspetasi aku sebelum main ski ini adalah dasar keseimbangan ice skating aku yang masih payah. Semua kesan yang aku tulis di sini adalah perbandingan atas ilmu ice skating aku. Mungkin kalau ada kesempatan main lagi, aku bakal cerita pengalaman serunya ice skating-an

Pelajaran dimulai. Sebelum naik, kami diajari  pasang sepatu ke papan ski. Itu juga tekniknya berseni cuy. Papan ski pun harus diletakkan ke arah samping--tidak boleh ke arah naik gunung atau turun gunung. Kalau lihat ketika dicontohin, kelihatannya mudah, tapi ternyata susah. Sepatu ski itu berat dan lumayan bikin sakit tulang kering. Aku harus bulak-balik pasang-lepas sepatu ke ski berkali-kali untuk bisa paham logika si sepatu dan ski ini. Setalah itu, kami diajari cara jatuh yang baik agat bangkitnya bisa mudah. Sejujurnya aku ingin menjelaskan detailnya, tapi bingung nulisnya.

Di Erciyes Kayak Merkezi, ada dua teleferik, kalau dari arah pintu masuk, ada yang sebelah kiri dan sebelah kanan. Sebelah kiri lebih rendah ketinggiannya daripada yang sebelah kanan, biasanya dipakai untuk anak kecil atau yang baru belajar. Yang kanan ini ada beberapa pemberhentian untuk level ketinggian dan kesulitan yang bermacam-macam.

Kami disarankan buat langsung belajar di tempat yang agak lebih tinggi, di pemberhentian pertama. Treknya lumayan jauh jadi kami tidak akan kelelahan turun-naik, alasan lainnya juga karena memang guru-gurunya pro dan berani pegang dan jaga dari ketinggian lumayan.

Pertama, Adzkia dan semua orang naik, gurunya Bang Hanif. Aku dan Naila nunggu di bawah, Kak Dayu belum naik juga. Kami tidak mau banyak bergerak, takut lelah, aku masih sibuk belajar pasang lepas sepatu. Setelah lumayan lama menunggu, yang lain  turun dan akhirnya ngajak aku dan Naila naik juga. Lalu tidak lama kemudian, Bang Hanif turun bareng Adzki. Kami ramai-ramai naik, kali ini giliran Adzki yang break dulu.

Aku ingin menjelaskan detail proses ajar-mengajar ini dilaksanakan.

Jadi, kami kan naik teleferik, setelah sampai atas, turun dari kapsul, kami udah ada di ketinggian dan kabut semua. Udah serasa di atas awan. Oke skip. Nah, sebenarnya, tongkat ski itu ga terlalu berguna kalau tujuannya hanya iseng main biasa. Berguna sih kalau belajar, kayak misal berdiri setelah jatuh, lepas sepatu dari papan ski, jalan, atau nambah kepercayaan diri. Kami pribadi hanyahanya  tongkat ski ini sebagai media berpegangan. Pertama, posisi kami (yang diajari) meluncur ke bawah, nah guru kami ini berdiri di depan menghadap kami, jalannya mundur guna untuk menahan laju kami (kebayang ga sih seberapa masternya). Tongkat ski (boleh pakai satu boleh dua) dipegang di perut kami di satu sisi dan ngarah ke perut mereka di sisi lainnya. Selama meluncur dengan posisi beginilah kami diajari lurus, belok, rem, jatuh dan lain-lain. Yang posisinya menghadap depan yang bakal mengarahkan tiap ada orang.

Dasar ilmunya hampir semua dari kami sama-sama dipegang Bang Hanif. Semacam kaki dan papan ski harus bisa membentuk huruf A dengan baik. Kalau papan kita lurus ke depan, lajunya akan semakin cepat. Kalau mau belok kanan, kaki yang kiri lebih maju, begitu juga sebaliknya. Tapi setelah dasar kepegang, hampir semua yang udah jago berani megang amatiran. Awalnya aku dipegang Bang Hanif, Naila sama Zia. Yang lain cuma rame aja ketawa-ketawa, balapan. Bang Malik buat video pake kamera, merekam kami semua (mantap kan orang-orang). Tapi ternyata aku bisa belajar meluncur dan belok dengan cepat, aku terharu. Jadi baru beberapa puluh meter, Bang Hanif langsung minta tukeran sama Zia, setelahnya aku dipegang Zia.

Waktu sama Zia, kami sempat nyasar dan ngelewatin batas aman. Perlu lepas ski dulu untuk jalan dan mencapai jalan yang benar. Turun terus, kemudian aku balik sama Bang Hanif lagi sampai ke bawah. Dan kami semua naik teleferik lagi wahaha. Kali ini giliran Adzkia dan Syahida yang naik, Naila istirahat.

"Ga sesusah yang aku bayangin, Bang," aku ngadu ke Bang Hanif.

"Susaaah, kebetulan aja yang ngajarinnya jago."

Aku hehe-in aja lalu bilang makasih.

Seru sih, tapi serius, kalau dibanding sama ice skating, aku merasa lebih baik main ski. Aku lebih deg-degan main ice skating--mungkin itu poin penting aku bisa cepat dilepas di permainan ski. Di ski juga aku bisa belajar mengendalikan belok kanan kiri dengan cepat (di ice skating aku cuma ketawa-ketawa-jatuh, kesulitan tiap belok). Hanya rem yang masih suka loss parah, kadang kaki aku susah sinkron pas ngerem dan malah belok, terus panik, lalu memutuskan untuk jatuh. Beban main ski itu semua fokusnya di kaki, kuda-kuda juga harus baik, dari pinggang sampai telapak kaki itu ototnya kepakai semua. Mungkin karena aku terlalu ringan, aku ga punya energi buat berhenti dengan baik. Haha.

Di kali kedua naik, aku dijaga Zia sampai turun ke bawah. Bang Hanif sempet ngingetin aku untuk fokus. Fokus aku memang berantakan banget. Kalau diajak ngobrol dikit aja, aku bakal lepas dari permainan terus jatuh, ini juga yang terjadi ketika aku main ice skating. Di kali kedua ini beban mental aku masih sama, susah rem, masih kesel sendiri tiap mau rem dan akhirnya jatuh. Zia udah lepas aku. Dia meluncur duluan sampe puluhan meter, terus aku harus berhasil berhenti di tempat dia berhenti. Gitu terus sampe bawah.

Aku naik lagi untuk ketiga kali dan masih dipegang Zia. Tapi akhirnya aku dituker lagi sama Naila (karena Zia ngeliat Naila ga berdiri-berdiri pas jatuh wkwk), jadi aku dipegang Dhiya. Aku bilang ke Dhiya, aku udah bisa, tinggal di bagian rem doang, terus Dhiya bilang, "Yang perlu dipahami, kita ga bisa ngerem kalau kecapean."

Aku langsung ngeh gitu dapat pencerahan, "Oooh gitu."

Dan akhirnya ... Alhamdulillah, berhasil ngerem meski masih payah. Kalau cara Zia ngajar tadi turun lebih dulu kan, kalau Dhiya ini jagainnya dari samping dan belakang. Aku yang disuruh turun duluan, jadi kayak merasa meluncur sendiri.

Setelahnya aku break solat dzuhur sampai ashar. Ketika yang lain lanjut lagi, aku duduk di kafe bareng beberapa orang. Ada Syahida juga, terus aku sadar ada memar biru di pipi dia, "Pipi kamu kenapa Cid?"

"Kena papan skinya Bang Malik."

Aku ingin ketawa tapi kasian.

Menurut korban, kronologinya Bang Malik yang jagain dia. Karena Bang Malik belum biasa ngajar, waktu Syahida bilang kanan, Abangnya malah ke kiri (karena abangnya jalan mundur kan) dan nabrak orang. Awalnya ingin menghindari tabrakan antar papan, tapi papannya malah nampar pipi Syahida. Ga kebayang sesakit apa :')

Cuaca di luar semakin buruk, dinginnya semakin nusuk. Setiap jalan biasa pun aku banyak sakit kaki karena beban sepatu, intinya aku kelelahan. Aku mikir apakah aku selesai karena aku punya trip ke Istanbul hari Jumat. Tapi sayang masih ada waktu sewa sampai maghrib. Jadi setelah ngemil kentang goreng sebentar, aku mencoba untuk melupakanmu lelah, keluar, dan nunggu mereka turun semua untuk naik bareng lagi.

Untuk keempat kali ini, mungkin jadi permainan yang tidak pernah aku lupakan. Jadi kondisinya di situ aku, Naila, dan Adzkia udah dilepas semua. Tongkat ski cuma ada dua pasang, satu pasang di Naila dan satu pasang di Adzkia. Aku cuma haha-hihi aja sosoan bisa tanpa tongkat. Gatau aja semua orang kalau aku deg-degan.

Area paling atas itu langsung curam, Zia udah wanti-wanti, "Ziz, liat, ini awalnya udah curam, A-nya kuatin dari awal. Oke?"

Dan aku diam, meyakinkan diri semua akan baik-baik saja.

Dengan mengucapkan bismillah, aku bisa ngikutin yang lain pas awal. Bisa ngerem tiap mereka berhenti meski nabrak-nabrak dikit, bisa ikut nungguin juga. Sampai akhirnya sekali lagi, aku jatuh guling-guling, dan posisinya kebanting kepala duluan. Baru saat itu aku nyadar fungsi helm. Dan ini adalah jatuh paling parah di hari itu.

Papan ski aku lepas dari sepatu, aku kehabisan tenaga total, bahkan pasang sepatu ke ski aja aku merasa tidak sanggup. Aku kedinginan dan tidak bisa bergerak. Semua orang udah lewat dan arahnya di bawah aku, dari awal aku jatuh hampir selalu bisa bangkit sendiri. Tapi kali itu aku beneran ngga ada energi. Alhamdulillah Yakub, anak baru di SMA IHL, lewat lalu ngeliatin aku dulu gitu sampai merasa yakin aku perlu bantuan. Padahal aku udah ga bisa ngapa-ngapain, kedinginan, hanya berdiri doang dengan usaha masang sepatu ke ski yang sia-sia. Setelah Yakub selesai bantuin pasang kunci di sepatu, Adzkia lewat. Ternyata tadi itu anak nyasar dulu woy, padahal meluncur duluan--sampai Bang Dony merasa perlu ngejar. Adzkia sempet nawarin tongkat ke aku dan aku bilang aku gapapa kok sambil tersenyum manis. Lalu akhirnya aku bisa jalan lancar sampai bawah. Drama banget emang hidup aku, maaf ya semuanya.

Akhirnya udah mau maghrib, kami selesai. Beberapa anak cowok ada yang ngulang sekali lagi, awalnya aku mau ikut tapi aku kelelahan--bahkan jalan pun aku hanya bisa seret papan ski. Aku kembaliin papan bareng Hibo, kemudian naik ke kafe dan gabung sama cewek-cewek lainnya. Ngeteh dan ngemil cantik sampai maghrib.

"Gimana Azizah main ski? Mau main lagi?" Kak Dayu tanya.

"Iyalah," aku auto jawab begitu ga pakai mikir. Fira ditanya gitu geleng, ga mau lagi dia. Mungkin deg-degannya ga bisa dijelaskan.

Niat awalnya kami mau ngejar bis belediye biasa jam 6, biar murah, tapi ketinggalan. Jadi kami yang ketinggalan bis belediye foto-foto dulu sebelum ke tepi jalan nunggu servis dari Develi. Anak-anak IHL mencoba oto-stop (sistem yang berhentiin mobil lewat pakai jempol gitu) dan langsung berhasil. Kami yang mahasiswa-mahasiswa ini syok liatnya dan ikutan nyoba, tapi dilewat melulu, keburu servis Develi-nya datang.

Sumber : dokumen Naila

Pulangnya, aku sempat ngobrol banyak sama Naila betapa kami senangnya hari itu. Kami berdua sama-sama penasaran apakah kelancaran bermain ski bisa punya pengaruh baik ke main ice skating (kami merasa permainan ini pengaruhnya banyak banget ke main ski). Kami juga bersyukur yang ngajarin kami tidak bilang ski itu mudah, bilang kesulitan-kesulitannya dan hal-hal mengerikan dari permainan ski. Jadi ekspetasi kami udah siap dengan segala kesulitan yang menghadang. Aku jadi ingat, aku sempat diteriakin waktu gagal rem, "kakinya kuda-kuda, pegel gapapa, kalau pegel berarti bener" sampai akhirnya aku berhasil berhenti. Ya memang susah sih, tapi menyenangkan, dan membuat aku senang saja saja kalau dia akan selalu masuk list di daftar liburan musim dingin aku kedepannya.

Besoknya aku tidak sanggup bangkit dari tempat tidur karena sakit dari leher sampai ujung kaki. Kamar kosong, aku tidak bisa gerak sama sekali ini mah asli. Ini pasti efek lupa sayang diri sendiri, jatuh guling-guling sesuka hati.

(Aku bisa gerak lagi setelah aku berusaha meraih balsem Vics dari atas laci di sebelah kasur dan mengoleskannya sekujur tubuh. Luar biasa.)

Sorenya waktu kebetulan bertemu, Bang Hanif berkabar kalau Erciyes tutup karena badai. Jadi kami main tepat sehari sebelum badai. Hmm ... kalau memang sudah takdirnya, tidak akan meleset sih.


Not :
Kurs TRY-IDR per aku nulis pos ini, 1 TL = Rp.2,678.31

-Ditulis dalam perjalanan berlibur di destinasi selanjutnya, Kayseri - İstanbul. Bismillah :)

Komentar

  1. kak, nunggu bis yg kayseri dimananya ya?

    BalasHapus
  2. Kak tanya, kebetulan aku lagi di kayseri, bis nya naik darimana ya? Kebetulan besok mau kesana kalau taksi takut mahal.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Turkiye Burslari : Tips LOI #Pengalaman

7 Alasan Kenapa Kalian Harus Masuk SMAN 2 Cimahi

Turkiye Burslari 2017 (Bag. 1) : Lolos Tahap Pemberkasan, Alhamdulillah :)

Lolos Tahap Satu Turkiye Burslari 2017, Berkas Apa Saja yang Perlu Disiapkan?