Kisah Gadis Jeruk dan Lelaki Berjaket Jingga

Pernahkah kau jatuh cinta pada seseorang sejak pertama kali melihatnya?

Gadis Kecil pernah. Sangat pernah.

Alkisah, anak lelaki itu Gadis Kecil temui di hari pertamanya sekolah tingkat menengah awal. Cowok itu tidak tampan seperti yang kau bayangkan. Tidak tinggi-ganteng-tajir-memesona. Sama sekali tidak. Menurut cerita, ia hanya nampak berbeda dan menarik. Atau jika kita mengikuti istilah si Gadis Kecil kita ini, kita bisa menyebutnya ... manis. Sebegitu sukanya gadis ini dengan lelaki itu hingga ia membuat sebuah panggilan rahasia yang sangat sangat menggelikan; Pangeran. Aku bisa membayangkan dia tertawa ketika membaca tulisanku ini.

Aku tidak tau apa yang membuat gadis kecil ini begitu tergila-gila pada Pangeran. Aku pikir anak laki-laki itu biasa saja, banyak yang jauh lebih menarik. Tapi aku akan coba mengingat deskripsi yang ia ceritakan padaku. Aku agak sedkit lupa, tapi semoga aku tidak terlalu melebih-lebihkannya.

Laki-laki itu selalu datang sangat pagi dengan menenteng jaket. Biru. Biru lacivert. Gadis Kecil hafal semua warna jaket yang pernah Pangeran pakai ke sekolah. Tapi kalau aku tidak salah ingat, yang pertama kali dipakai warnanya biru dongker. Dia selalu memakai jam tangan warna hitam di tangan kiri. Kadangkala, jika memakai baju lengan panjang, ia akan menggulung lengan bajunya hingga siku. Tubuhnya tidak kurus tapi sama sekali tidak berisi. Kulitnya tidak bisa dibilang gelap dan matanya tak bisa dibilang besar. Gamers kelas menengah ke atas. Kalau beli makanan di kantin sukanya makanan berat. Senyumnya manis dan sangat manis--maaf jika aku tidak pandai mendeskripsikan seseorang dengan baik.

Di kelas, Pangeran tidak nampak mengagumkan, tapi ia sangat suka olahraga dan seni. Dia bisa bermain musik dan menggambar dengan baik, bermain basket di sore hari tertentu atau pagi di hari Sabtu. Juga beberapa kali Gadis Kecil mengamatinya di pertandingan futsal antar-kelas. Oh ya, bidang komputer juga salah satu andalannya. Tapi seingatku, Pangeran ini pandai di bidang fisika-matematika. Hmm ... Nampaknya Pangeran adalah tipe-tipe cowok multitalenta. Entahlah, aku tak pernah mengenalnya langsung. Yang aku tau, Gadis Kecil hampir selalu iri pada Pangeran. Dan dia tahu, Pangeran hampir selalu iri dengan cowok-cowok keren di sekelilingnya.

Gadis Kecil kita ini harus mendapatkan apa yang ia inginkan. Termasuk mendekati seorang pangeran. "Aku harus menjadi seorang puteri jika ingin mendapatkan pangeran," katanya padaku suatu waktu. Dan itu menjadi kutipan edan andalannya.  Seandainya aku bisa bertemu dia sekarang, aku ingin bilang bahwa dia memang seorang puteri, bahkan meski tanpa Pangeran.

Kedekatan mereka tidak lebih daripada 2 semester pertama. Aku tahu Gadis Kecil sangat suka membuat kebodohan dan aku seringkali tidak suka pada sifat kekanak-kanakannya. Aku tidak akan membahasanya mengapa mereka hanya bertahan selama itu. Karena setelah bercerita kepadaku, dia memohon dan menyuruhku berjanji untuk melupakan seluruh cerita menyebalkan ini, dan aku menepati janjiku.

Tapi aku akan bercerita satu hal menarik.

Suatu hari, ketika Gadis Kecil kita memutuskan untuk tak lagi bicara dengan pujaan hatinya, Pangeran memilih jaket berwarna jingga ke sekolah. Jaketnya tidak spesial, bahannya agak menggembung dan ia resletingkan hingga leher. Tapi sangat mencolok ketika harus berjalan di antara kawan-kawannya yang berjaket monokrom. Hingga satu minggu setelah hari itu, Gadis Kecil kita yang kadang menyebalkan ini tidak berhenti membicarakan betapa lucu jaket (dan pemilik)nya kepadaku dan seluruh sahabatnya.

Pada dasarnya, Gadis Kecil memang menyukai jeruk, sama sepertiku. Tapi setelah hari itu, tiba-tiba seluruh hidupnya berubah menjadi jingga. Jingga mendominasi alam bawah sadar yang ia miliki sehingga membuat otaknya kebingungan apa bedanya jaket berwarna jingga dan jeruk berwarna jingga. Secara tiba-tiba dia tergila-gila pada jeruk dan aku mulai memanggilnya Gadis Jeruk--begitulah ia mendapat julukan itu.

Kami mendengarkan semua perasaannya kepada pangeran dan jeruk baik-baik, meski jujur saja aku agak sedikit bosan. Dia memang selalu seperti itu meski seringkali dia berkata pada kami dia telah berhasil melupakan Pangeran. Dan satu hal yang aku pikir dia pasti malu sekali kalau mengenangnya sekarang adalah, begitu banyaknya puisi dan surat yang ia tulis (namun tak tersampaiakan) untuk Pangeran.

"Aku tak bisa membayangkan ada hari ketika aku bisa melupakannya, Zah," keluhnya waktu itu, untuk yang kesekian kali. Aku tau dia telah berusaha keras melupakan cowok itu.

"Tenang saja, pasti hari itu akan datang."

"Membayangkannya saja aku t-a-k b-i-s-a"

"Kau tak perlu melupakannya," aku meyakinkan. "Kau hanya perlu mengikhlaskannya. Cukup." Dan setelah pembicaraan itu, aku bisa melihat ada senyum tipis penuh harap.

Hari ini, kurang lebih 3 tahun berlalu setelah perjumpaan terakhir, pertemuan yang membuat mereka hanya saling melempar pandang 2 detik sebelum orang-orang ramai lintas diantara kedua pandangannya dan Gadis Kecilku merasakan jantungnya berdegup cepat. Di tahun yang sama, perasaan dan kenangan Gadis Kecil tentang Pangeran telah diputuskan usai. Tamat. Lelaki Berjaket Jingga telah menjelma menjadi kisah yang aku tulis dan aku bagikan padamu, juga hari ini.

Seiring berjalannya waktu, Gadis Jeruk sadar bahwa perasaan kepada yang bukan haknya tidak sepatutnya diagungkan. Ada batas-batas yang perlu dihitung di hati setiap manusia. Setelah suatu Desember mengalami patah hati dengan cowok lainnya, dia jauh jadi pribadi yang lebih baik.

"Ada suatu hal menarik dari kisah aku dan Pangeran," katanya. "Yaitu perasaanku yang begitu besar."

"Maksudmu?"

"Aku pikir hal paling menarik bukan betapa kerennya dia, karena masih banyak cowok yang lebih keren," dia tertawa keras. "Yang menarik adalah betapa besarnya perasaanku waktu itu. Aku belajar banyak. Termasuk aku telah menemukan hari dimana aku tidak lagi memendam rasa kepadanya. Maka, ketika aku jatuh cinta lagi pada makhluk-Nya, aku tau aku pasti bisa mengikhlaskan perasaan yang bukan sepatutnya milikku."

Aku diam.

Gadis Kecil menghela napas begitu panjang. "Jatuh cinta tidak pada tempatnya seringkali berakhir dengan patah hati, Zah"

Aku ikut menghela napas sebelum memutuskan memberikan senyum terbaikku untuknya. "Aku bangga kau belajar."

Tapi aku tau, jingga tak akan pernah selesai di hidupnya. Gadis Jeruk kita tetap suka jeruk. Dia juga tetap suka jingga. Jingga yang sama dengan sore masa itu--dimana ia menghabiskan waktunya mengamati Lelaki Jingga-nya bermain basket sepulang sekolah.



Dan kau harus tahu, Pangeran. Gadis Jeruk-ku tak pernah menyesali perkenalannya denganmu. Tidak pernah.

src : deviantart.com icecube13



- Qatar Airways penerbangan QR959. Dalam perjalanan dari Jakarta menuju Doha. September, 2018.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Turkiye Burslari : Tips LOI #Pengalaman

7 Alasan Kenapa Kalian Harus Masuk SMAN 2 Cimahi

Turkiye Burslari 2017 (Bag. 1) : Lolos Tahap Pemberkasan, Alhamdulillah :)

Lolos Tahap Satu Turkiye Burslari 2017, Berkas Apa Saja yang Perlu Disiapkan?