Sepanjang Temaram Lampu Kota

Kopi di gelasku sisa setengah, masih menyisakan hangat kuku ketika diseruput. Agak masam , aku mengecap. Arabika? Padahal aku sudah memasukkan 5 gula kubus dan sedikit krimer untuk segelas kopi Belanda yang asal kuseduh dari lemari dapur. Manisnya tak seberapa di lidah, tapi sejurus kemudian menyerang kerongkongan, tubuhku mengafirmasi kopiku kemanisan. Sebenarnya, belakangan aku menghindari kafein. Musim panas di Turki agaknya menyiksa psikis, aku sempat beberapa kali kena heat stress sampai kemudian seorang kawan menasihatiku untuk menghindari kafein. “Perbanyak minum, makan buah, dan minum lemon,” katanya yang langsung aku iyakan. Lebih baik tidak minum kopi daripada kepanasan. Namun sekarang sudah tengah malam dan pemandangan balkon dari rumahku tak membiarkanku lewat tanpa secangkir kopi. Apartemen sewaan untuk liburan musim panasku--bersama beberapa kawan setanah ibu--memiliki pemandangan balkon lantai 12. Jauh sepanjang arah timur ke selatan, kerlip lampu kota K...